Pada kesempatan
kali ini kita akan membahas masalah transformasi menuju integrasi pada Supply Chain
Management atau manajemen rantai pasokan. Sebelum masuk konsep transformasi
pada manajemen rantai pasokan, kita ketahui konsep logistrik secara tradisional
di industri yang cepat berubah ini mulai ditinggalkan, karena efektivitas dalam
penyediaan produk yang tepat waktu, dan tepat pada tempatnya sangat dibutuhkan.
Seperti dalam industri yang cepat berubah, seperti Personal Computer (PC),
laptop, ipad, handphone dan barang elektronik lainnya. Produk-produk tersebut
mudah usang, sehingga, apabila tidak segera didistribusikan secara tepat, maka
hal ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, karena kondisi industri
ini tidak stabil dan tak terduga. Selain itu, permintaan konsumen yang semakin
menuntut dan semakin beragam, membuat perusahaan perlu mencari cara untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi produk mereka. Untuk itulah perusahaan
melakukan transformasi dari konsep logistik secara tradsional menjadi konsep
manajemen rantai pasokan.
Terdapat
perbedaan antara konsep manajemen rantai pasokan dengan konsep logistik secara
tradisional. Konsep logistik secara tradisional umumnya mengacu pada
aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi, sedangkan rantai
pasok mengacu pada jaringan beberapa organisasi yang saling bekerjasama dan berkoordinasi
memenuhi kebutuhan konsumen. Perbedaan lainnya, logistik lebih fokus pada
aktivitas-aktivitas seperti pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan manajemen
persediaan. Sedangkan fokus manajemen rantai pasok selain yang dilakukan dalam
logistik juga beberapa aktifitas lain meliputi pemasaran, pengembangan produk
baru, keuangan dan layanan konsumen (Hugos, 2003, 4).
Dalam Buku
‘Information Technology for Management’, Turban et. al, (2004), dijelaskan
definisi Supply Chain Management (manajemen rantai pasokan) merupakan
sekumpulan aktivitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam
proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal
dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Sebelumnya kegiatan-kegiatan
tersebut mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting
lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Dari pengertian di
atas maka suatu rantai pasokan terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan
baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi
bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk,
perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke
konsumen akhir. Dengan definisi ini tidak jarang rantai pasokan juga
banyak diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding
activities. Keunggulan kompetitif dari manajemen rantai pasokan adalah
bagaimana ia mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu
rantai pasokan. Dengan kata lain, model manajemen rantai pasokan
mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari
suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen.
Manajemen
rantai pasok yang efektif membutuhkan pengembangan-pengembangan yang dilakukan
secara simultan baik dari sisi tingkat layanan konsumen maupun internal
operating efficiencies dari perusahaan-perusahaan dalam sebuah rantai
pasok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dari tingkat layanan konsumen
adalah tingkat pemenuhan pesanan (order fill rates), ketepatan waktu
pengiriman (on-time delivery) dan tingkat pengembalian produk oleh
konsumen dengan berbagai alasan (rate of products returned by customer for
whatever reason).
Setelah
melakukan analisis yang tepat dan desain manajemen rantai pasokan, maka gambar
di atas menjelaskan komponen-komponen yang berperan pelaksanaan manajemen
rantai pasokan dan proses transformasi As-Is menuju To Be. Gambar di atas
menunjukkan tujuan yang paling umum dan komponen transformasi yang melibatkan
faktor manusia, proses bisnis, dan teknologi, sehingga dapat membangun
pemesanan satu meja secara utuh, pembelian saluran, pelacakan pengiriman, dan
sebagainya, untuk mendukung rantai pasokan keputusan Dengan model SCOR (Supply
Chain Operations Reference Model) sekalipun yang merupakan standar industri
diadopsi secara luas dan mungkin satu-satunya itu namun belum berhasil
menangani kerangka transformasi dari tahap “As-Is” untuk “To-Be” untuk
proyek-proyek manajemen rantai pasokan. Adapun model pendekatan untuk transformasi
akan dijelaskan secara detail setelah bahasan ini. Secara khusus, gambar
tersebut hanya menangani komponen proses bisnis dan teknologi tanpa
menanggulangi setiap faktor-faktor sosial atau masalah manusia.
Untuk mencapai
manajemen rantai pasokan To-Be (masa depan), dilakukanlah integrasi yang dapat
menciptakan link antara perusahaan dengan konsumen, pemasok, dan anggota
saluran distribusi lainnya. Integrasi ini mendukung adanya perubahan paradigma
dari transformasi konsep logistik tradisional ke arah yang lebih kooperatif,
berkelanjutan, dan strategi aliansi. Konsep ini menekankan pada integrasi
aliran informasi maupun barang untuk proses inovasi perusahaan dalam rangka
mencapai peningkatan kapabilitas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen (Lee & Whang, 2000).
Integrasi
manajemen rantai pasokan dilakukan untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas
sepanjang rantai pasokan sehingga dapat meningkatkan performansi anggota
rantai pasokan. Output dari integrasi ini dapat berwujud performa seperti
penurunan biaya, peningkatan, pemanfaatan sumber daya, dan peningkatan
kecepatan. Sedangkan tahapan rantai pasokan menuju rantai pasokan yang
terintegrasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Baseline
(Dasar)
Posisi dari
kebebasan fungsional yang lengkap di mana masing-masing
fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan aktivitas mereka secara
sendiri-sendiri dan terpisah dari fungsi bisnis yang lain.
2. Integrasi
Fungsional
Perusahaan
telah menyadari perlu sekurang-kurangnya ada penggabungan
antara fungsi-fungsi yang melakukan aktivitas hampir sama, misalnya antara
bagian distribusi dan manajemen persediaan atau pembelian dengan pengendalian
material.
3. Integrasi
secara internal
Diperlukan
pengadaan dan pelaksanaan perencanaan kerangka kerja end-to-end.
4. Integrasi
secara eksternal
Integrasi
rantai pasokan yang sebenarnya adalah konsep menghubungkan dan koordinasi
yang dicapai pada Tahap no. 3, yang diperluas dengan bagian supplier dan
pelanggan.
Konsep
integrasi pada rantai pasokan di atas adalah penggabungan bagian-bagian /
aktivitas-aktivitas hingga membentuk keseluruhan. Fungsinya untuk meningkatkan
hubungan di setiap rantai nilai, memfasilitasi pengambilan keputusan,
memungkinkan terjadinya penciptaan nilai dan proses transfer dari supplier
sampai ke pelanggan untuk mengoperasikan aliran informasi, pengetahuan,
peralatan dan aset fisik. Karakteristik integrasi itu sendiri meliputi
kerjasama, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, berbagi
teknologi, kompatibilitas, berbagi resiko dan manfaat, komitmen dan visi yang
sama, kebergantungan dan berbagi proses utama. Adapun jenis-jenis integrasi
pada manajemen rantai pasokan antara lain :
a. Integrasi
fisik : perubahan dalam proses dan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi
proses inti
b. Integrasi
informasi : pertukaran informasi yang berhubungan dengan tingkat inventori,
perencanaan transportasi / manufaktur, peramalan, status aktual proses
c. Integrasi
koordinasi : keselarasan proses pengambilan keputusan disepanjang rantai pasok
d. Integrasi
desain rantai pasokan : kerjasama di dalam perubahan struktur rantai pasok.
Dalam proses
integrasi tersebut, teknologi informasi (TI) dan sistem-sistem yang terkait
diperlukan untuk mentransformasi cara perusahaan dalam menggunakan rantai
pasokan sehingga memberikan perbedaan dalam prioritas kompetitif, (Kim dan
Narasimhan, 2000). Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data
permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai pasokan ke
konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diharapkan
pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan
data permintaan dan pasokan jadi gambaran yang akurasinya sudah meningkat yang
dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir.
Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Dengan
adanya integrasi ini dalam manajemen rantai pasokan akan meningkatkan
ketergantungan dan inventori minimum.
Konsep
manajemen rantai pasokan memang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
teknologi informasi (TI). Bahkan kalau dilihat dari sejarahnya, justru kemajuan
TI inilah yang melahirkan prinsip-prinsip dasar rantai pasokan. Alasannya
adalah karena pengintegrasian berbagai proses dan entitas bisnis di dalam
manajamen rantai pasokan adalah melakukan penggunaan bersama-sama terhadap
informasi yang dimiliki dan dihasilkan oleh berbagai pihak.
Seperti
dijelaskan di atas peranan informasi dalam manajemen rantai pasokan dipengaruhi
oleh teknologi informasi yang digunakan. Teknologi informasi ini mempunyai
peranan penting dalam dalam mendukung kinerja manajemen rantai pasokan. Peranan
Teknologi Informasi pada masing-masing proses bisnis dalam manajemen rantai
pasokan ini adalah harus dapat menghimpun data secara real time
mengenai berbagai informasi yang diperlukan pelanggan, seperti ketersediaan
produk, waktu pengiriman, dan status pesanan.
Integrasi
end-to-end dari semua elemen rantai pasokan dan fungsi yang dicapai dengan
menerapkan komponen yang saling terkait. Rantai pasokan yang terintegrasi mulai
dari tahap desain di tingkat vendor untuk waktu ketika ada respon konsumen pada
tahap ritel. Jadi dengan adanya manajemen rantai pasokan yang terintegrasi
diharapkan memiliki rantai pasokan terpadu yang terbaik karena kinerja
pengiriman, persedian barang berkurang, waktu siklus yang lebih cepat,
perkiraan yang akurat, biaya rendah rantai pasokan, peningkatan produktivitas
secara keseluruhan, pengingkatan utilitas kapasitas, inventori minimum, dan
sebagainya.
Sumber :
D. Simchi-Levi, P. Kaminsky, E. Simchi-Levi, Designing
and Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies, 2nd ed.,
McGraw-Hill, 2002.
Karami, Mohamad Amin. The Impact of IT on Supplay
Chain Management, 2009.
Min, H. and Zhou, G. (2002). Supply chain modeling:
past, present and future, Journal of Computers and Industrial Engineering,
43:231-249.
S. Chopra & P. Meindl, Supply Chain Management:
Strategy, Planning, and Operation, Prentice Hall, 2001.
Turban et al. (2004), Information technology for
management 4th edition, John Wiley & Sons, Inc.
Wang, William Y.C,Heng, Michael S.H Framework for the
Supply Chain Operations Reference Model, IGI Global, 2009, 34-50. , Chau,
Patrick Y.K. Implementing Supply Chain Management in New Era : A Replenishment
http://hari-cio-8a.blog.ugm.ac.id/2013/04/13/transformationtointegration/