CAFTA - Peluang dalam Tantangan posted:2010-03-22/07:01:24, Written by Situs Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia
|
Perjanjian
Perdagangan Bebas ASEAN-China (CAFTA) baru saja dimulai pelaksanaannya
per 1 Januari 2010 lalu. Namun kenyataannya, perjanjian ini menimbulkan
banyak kontroversi apakah akan mampu memberikan dampak positif bagi
kepentingan Indonesia. Adi Harsono, ketua Asosiasi Bisnis Indonesia di
Shanghai (IBAS) sekaligus wakil ketua Bidang Perdagangan Internasional
Kamar Dagang Indonesia, menjawab polemik apakah CAFTA adalah ancaman
atau peluang.
Dalam perbincangan interaktif yang diadakan CRI dan Radio Elshinta,
Adi mengungkapkan, CAFTA adalah inisiatif yang dimulai sejak tahun 2002
untuk menggabungkan kedua pasar besar dunia---Tiongkok yang berpenduduk
1,3 milyar dengan ASEAN yang hampir mencapai 560 juta jiwa. Sejak itu,
perdagangan kedua negara mengalami peningkatan signifikan, bahkan
hingga di atas 20 persen. Adi menegaskan, CAFTA berpotensi memberikan
peluang yang luar biasa, baik bagi Tiongkok maupun Indonesia.
Menanggapi kenyataan bahwa banyak industri kecil di Indonesia yang
mengkhawatirkan pelaksanaan CAFTA, Adi mengingatkan bahwa pelaku
industri Indonesia tetap mempunyai peluang untuk bersaing dengan
Tiongkok. Misalnya, dibandingkan dengan generasi sebelumnya, tenaga
kerja Tiongkok dari era 90'an menunjukkan gejala penurunan etos kerja
dan keuletan.
Contoh lain peluang yang bisa dimanfaatkan para pelaku industri
Indonesia adalah sarang burung walet yang sangat diminati bangsa
Tionghoa. "Sarang burung walet hanya dihasilkan negara-negara Asia
Tenggara, sedangkan pasarnya hanya satu: Tiongkok. Iklim di Indonesia
sangat cocok untuk menghasilkan sarang burung yang berkualitas baik,"
katanya. Impor sarang burung walet dari Thailand dan Malaysia dikenakan
pajak 0 persen, sedangkan dari Indonesia 20 persen. Dengan penghapusan
pajak, maka diharapkan akan meningkatkan daya saing produk Indonesia.
Mengutip falsafah bahasa Mandarin, Adi menunjukkan, kata "krisis"
terdiri dari huruf "bahaya (危wei)" dan "kesempatan (机ji)". Di dalam
krisis ada peluang.
"Jadi kita harus optimis. Bagi kita pengusaha, jika kita selalu
pesimis, produktivitas dan kreativitas kita akan menurun. Dengan lebih
banyak komunikasi dan kerja sama antar pemerintah, krisis atau ancaman
itu bisa diubah menjadi peluang yang lebih besar lagi," tandasnya.
|
Sumber:CRI |
|
|
|
|
|
|