FGD: Pematangan Kualifikasi SDM
Logistik ASEAN
Jakarta, 20 Juni 2011 – Untuk
menindaklanjuti roundtable discussion yang telah di adakan di Jakarta dan Bogor
mengenai kualifikasi SDM Logistik ASEAN,
maka pada hari ini, Senin, 20 Juni 2011 diadakan kembali FGD untuk membicarakan
hal tesebut dengan perwakilan dari Kemenko Perekonomian, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Direktorat
Jendral Bea dan Cukai, ASPERINDO, STMT Trisakti, Widyatama, ALFI dan ALI.
Usulan pertama dipaparkan oleh
Bapak Theo Kumaat selaku wakil dari ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarders
Indonesia – d/h GAFEKSI) memaparkan ide standarisasi untuk Skilled Labour
berupa Basic Forwarding Course and FIATA Diploma sedangkan untuk Manajerial
Level berupa Higher FIATA Diploma in Supply Chain Management. ALFI juga mengutarakan usulannya agar
kurikulum yang akan diterapkan juga mengacu kepada AFFA (ASEAN Freight
Forwarders Association) dan pembentukan suatu badan yang akan meng-endorse
sertifikasi bagi para pekerja asing yang ingin bekerja di Indonesia.
Selanjutnya Asosiasi Logistik
Indonesia (ALI) yang diwakili oleh Bapak Hoetomo Lembito mengutarakan usulan berupa
3 (tiga) jenjang sertifikasi mulai dari level operasional berupa CLIP
(Certified Logistics Improvement Professional) dalam bahasa Indonesia, level
manajerial berupa CSLP (Certified Supply Chain and Logistics Professional)
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan level master berupa CSLM
(Certified Supply Chain and Logistics Master) dalam bahasa Inggris. Untuk
mewujudkan hal tersebut diatas, ALI telah mendirikan Sembada Pratama – The 1st
School of Supply Chain and Logistics in Indonesia sebagai pelaksana kegiatan
sertifikasi profesional.
Kegiatan-kegiatan Sembada Pratama pun telah disetujui dan di endorse
oleh STC (Shipping and Transport College) Rotterdam, JETRO (Japan External
Trade Organization), JILS (Japan Institute Logistics Systems) untuk
program-program terkait di bidangnya.
ALI juga mengutarakan agar
dibentuk affiliated association bersama dengan ALFI, ASPERINDO, ORGANDA, ISTM,
BKSTI. Penguasaan bahasa asing berupa
bahasa Inggris dan juga bahasa Mandarin juga diusulkan untuk ditingkatkan dalam
rangka menghadapi persaingan ASEAN serta penguasaan bahasa Indonesia bagi para
pekerja asing yang bekerja di Indonesia.
Konsep pengajaran “Learn, Do, Teach” sangat ditekankan untuk mendukung
konsep “Hands-on” karena diharapkan transfer knowledge didasarkan berdasarkan
teori dan best practise oleh para pengajar yang memang telah melakukan hal yang
menjadi bahan pengajarannya. Pembagian
prosentase antara teori dan praktek akan dilakukan secara mendalam untuk
tiap-tiap level sertifikasi.
Paparan selanjutnya oleh
perwakilan dari Universitas Widyatama juga mengacu kepada standar kompetensi
yang telah diberikan oleh Kemenko Perekonomian serta acuan dari BNSP. Kajian mendalam juga perlu dilakukan untuk
masing-masing sub sektor dunia industri.
Usulan dari perwakilan Dirjen Bea dan Cukai mengenai sub sektor Customs
Clearance khususnya kepada sertifikasi Ahli Kepabeanan dan Perusahaan Pengurus
Jasa Kepabeanan (PPJK). Dari hal
tersebut, untuk persyaratan sertifikasi Ahli Kepabeanan adalah harus mengikuti
diklat dan lulus dari diklat yang telah diadakan sesuai aturan yang telah ada
di Dirjen Bea dan Cukai.
Untuk Courier Services,
perwakilan dari ASPERINDO memang menyatakan terjadi perkembangan dalam proses
Logistik dan Customs Clearance karena memang ada persamaan pekerjaan dengan
perbedaan pada delivery services dan items barangnya. IATA Basic dan Dangerous Goods Course serta
sertifikasi Ahli Kepabeanan merupakan salah satu kualifikasi sebagai
Penyelenggara Jasa Titipan (PJT) yang akan berubah menjadi PJP (Pengusaha Jasa
Pos).
Perwakilan dari Balitbang
Kementerian Perhubungan juga menginformasikan bahwa sedang terjadi sosialisasi
angkutan Multimoda mengingat hal ini juga menjadi salah satu bagian jasa yang
mengacu kepada standarisasi SDM Logistik ASEAN sehingga dapat dikerjakan secara
bersamaan. Masukan untuk melindungi SDM
Indonesia juga diutarakan oleh Bapak Mahendra Rianto selaku wakil dari ALFI
(d/h GAFEKSI) sementara secara internal berusaha mempercepat standarisasi
kualifikasi. Branding Indonesia juga
harus ditingkatkan secara komprehensif secara eskalasi untuk duduk bersama
membuat sertifikasi baik internal maupun untuk pekerja asing yang ingin bekerja
di Indonesia dengan acuan dari BNSP menurut Bapak Theo Kumaat lebih lanjut.
Ibu Ariyanti dari ALFI (d/h
GAFEKSI) juga memberikan fakta bahwa masih banyak pihak yang menganggap
training atau sertifikasi sebagai cost dan bukan investasi. Namun ibu berharap dengan adanya PP Multimoda
akan menjadi salah satu pemicu keinginan belajar dari para pelaku bisnis
disamping penanganan Project Cargo sebagai salah satu contohnya. Selanjutnya
direncanakan akan ada pembicaraan lanjutan antara ALFI dan ALI untuk merumuskan
rencana program sertifikasi dan pembentukan LSP. Adapun hasil kesimpulan pembicaraan akan
disampaikan kepada pemerintah melalui Kemenko Perekonomian.
Peningkatan awareness akan
pentingnya Logistik harus ditingkatkan dengan salah satunya melalui cara above
the line - menurut pak Okin Purba dan pak Didiet Hidayat yang mewakili pihak STMT
Trisakti - dan ditambah dengan informasi bahwa telah adanya update link and
match antara dunia kampus dan dunia kerja serta penguasaan bahasa asing
khususnya bahasa Inggris. Pembentukan
tim tetap Logistik juga diusulkan untuk membantu memandu dan memantau kemajuan
SDM Logistik Indonesia khususnya dan Logistik Indonesia pada umumnya.
Sebagai penutup, pak Erwin Raza dari Kemenko Perekonomian
mengutarakan bahwa pihaknya membuka diri terhadap masukan dan tanggapan positif
serta bekerja sama dengan semua stakeholder bagi kemajuan SDM Logistik
Indonesia dalam perspektif awareness, standarisasi dan review untuk menghadapi
submission tingkat ASEAN. (Didiet
Hidayat/Relation-Asosiasi Logistik Indonesia)