JAKARTA – Tim Kerja Pengembangan Sistem Logistik
Nasional bakal mempercepat program pengalihan truk dari jalur jalan raya di
pantai utara Jawa ke pelayaran jarak dekat atau short sea shipping.
Ketua Tim Kerja Pengembangan Sistem Logistik
Nasional (Sislognas) Edy Putra Irawady mengatakan kebijakan itu menyusul
parahnya kerusakan jalan raya di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa.
Edy yang juga menjabat Deputi Bidang Koordinasi
Perniagaan dam Kewirausahaan Kemenko Perekonomian melanjutkan pelaksanaan
program short sea shipping (SSS)
telah memasuki tahap penyediaan kapal dan peremajaan pelabuhan.
Menurutnya, pengembangan SSS tegah dikebut demi
meningkatkan mobilitas barang dan jasa, khususnya bagi Pulau Jawa.
“Kami telah mempersiapkan pengadaan kapal-kapalnya,
baru setelah itu ada perbaikan pelabuhan bagi infrastruktur SSS,” katanya di
sela-sela acara Logistik Award yanh digelar Asosiasi Logistik Indonesia (ALI),
Selasa (18/2) malam.
Dia menilai pelaksanaan program SSS bisa
menanggulangi tingkat kepadatan di jalur darat, terutama sepanjang pantura
Jawa.
Selain itu, dia menambahkan parahnya kerusakan jalan
serta tingginya biaya logistik memacu pelaksanaan SSS.
Nantinya, pihaknya akan meninjau kesiapan dermaga
dan pelabuhan guna mendukung program SSS.
“Dirjen Hubla [Perhubungan Laut] sudah mengatakan
akan up grading pelabuhan. Terutama yang
menghubungkan daerah industri, lantas terus ke arah Indonesia timur.”
Sementara itu, Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia
Wahyono Bimarso menilai langkah pemerintah memaksimalkan program SSS sudah
tepat. Selama ini, jelasnya, kepadatan jalan darat yang membentang di sepanjang
pantura Jawa sudah melampaui batas daya dukung kontruksi.
Di sisi lain, dia menjelaskan rencana pemaksimalan
kapal laut berjarak dekat untuk menopang lalu lintas barang dan orang di Jawa
harus didukung infrastruktur yang memadai.
“Harus ada dermaga yang sesuai bagi kapal jenis SSS.
Pemerintah harus turun tangan, sebab sepertinya BUMN Pelindo, tidak mau
menangani kapal jarak dekat tersebut,” tuturnya, Rabu (19/2).
Selain daya dukung dermaga, Wahyono juga menilai
faktor penentu penyuksesan penggunaan program SSS sebagai moda alternatif.
“Dukungan lainnya ya pemberian insentif kepada
pelaku pelayaran nasional, seperti pajak pembelian kapal dan bahan bakarnya.”
PANGKAS BIAYA LOGISTIK
Ketua Umum ALI Zaldy Masita sebelumnya mengatakan pihaknya
mendukung perpindahan arus barang dari darat ke jalur laut.
Menurutnya, penggunaan jalur laut yang maksimal jauh
lebih murah ketimbang biaya pengiriman barang melalui lintasan darat.
Dia melanjutkan penggunaan jalur laut bagi arus
logistik akan memicu penurunan biaya logistik hingga 30% dari yang ada
sekarang. “Itu dibandingkan dengan biaya jalur darat.”
Sayang, tukasnya, program SSS sebagai sarana
transportasi terbentur dengan minimnya infrastruktur dan fasilitas pelabuhan. “Kemajuannya
belum efektif karena butuh perbaikan infrastruktur untuk pelabuhan kapal jenis roll on-roll of [ro-ro] sebagai andalan
SSS,” ujarnya.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik dan
Multimoda Sugihardjo menyatakan penggunaan jalur darat di Jawa sudah melampaui
ambang batas (overload). Oleh karena
itu, terangnya, kebijakan nasional transportasi memang mengagas pengalihan arus
barang ke jalur laut, melalui pemaksimalan SSS.
Kapal SSS sendiri merupakan konsep pelayaran yang
telah berkembang massif di Amerika Utara dan Eropa. Pada praktiknya, jelas
Sugihardjo, SSS dapat menggunakan kapal ro-ro dan lift on-lift of (Lo-lo).
Penggunaan lo-lo yang kini belum dimulai pada
pelayaran lepas pantai, menurutnya, bisa lebih efisien dibandingkan dengan
kapal ro-ro.
“Kalau lo-lo dengan tongkang, bisa ada yang propeller dia bergerak sendiri, atau
yang ditarik dengan kapal. Barge
[tongkang] itu bisa disambung hingga 15 tongkang, itu bisa mengurangi beban
jalan raya 670 truk. Kalau satu barge,
maksimum itu 80 truk,” terangnya.