Kereta Api
Jakarta – Surabaya Bisa Lebih Cepat Tiga Jam
BLORA, KOMPAS – Pembangunan fisik rel ganda Jakarta –
Surabaya telah selesai. Bulan depan, rel ini beroperasi penuh setelah
pemindahan rel tunggal di Jawa Timur dituntaskan dan perbaikan sistem
persinyalan. Rel ganda ini selesai setelah 150 tahun jalur kereta api mulai
dibangun di Tanah Air.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, di
Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah, Rabu (26/3), meresmikan salah satu pemindahan
pengoperasian dari rel tunggal ke rel ganda. Dengan demikian, jalur rel ganda
Jakarta – Bojonegoro sudah bisa dioperasikan secara penuh.
Dalam waktu dekat, setelah pemindahan rel tunggal ke
rel ganda dituntaskan dan perbaikan sistem pensinyalan, jalur Jakarta –
Surabaya akan beroperasi penuh.
Pembangunan rel sepanjang 727 kilometer dengan biaya
Rp. 10,5 triliun ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi lagi. “Keberadaan jalur ganda ini akan meningkatkan frekuensi dan kapasitas
kereta di koridor utara Jawa sebesar 200-300 persen,” kata Bambang.
Saat ini, Jakarta – Surabaya di tempuh dalam waktu
11 – 13 jam. Dengan jalur ganda, bisa ditempuh dalam waktu 8 – 10 jam. Dari segi
waktu tidak terlalu signifikan, tetapi dengan jalur ganda, jadwal
kedatangan-keberangkatan kereta menjadi lebih banyak. Dengan demikian, jumlah
penumpang atau barang yang bisa diangkut
akan lebih banyak.
Rel ganda ini dibangun setelah hampir 150 tahun jalur
kereta api dibangun di Pulau Jawa. Pembangunan ditandai dengan pencangkulan
lahan rel oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJ Baron Sloet van de Beele
pada 1864. Tiga tahun setelah itu, kereta api pertama beroperasi di jalur
Kemijen-Tanggung, Jawa Tengah, sepanjang 26 km.
“Saat ini peningkatan kapasitas baru 3-5 persen,
tetapi dalam lima tahun akan meningkat 13-15 persen dan akan terus meningkat
sejalan dengan ketersediaan armada,” kata Bambang.
Siap dioperasikan
Pembangunan rel ganda itu dibagi dalam empat segmen,
yakni Cirebon-Brebes 63 km, Pekalongan-Semarang 90 km, Semarang-Bojonegoro 180
km, dan Bojonegoro-Surabaya 103 km.
“Segmen Cirebon-Brebes dan Pekalongan-Semarang sudah
selesai serta sudah dioperasikan. Saat ini yang dioperasikan segmen
Semarang-Bojonegoro. Bulan depan kami mengoperasikan segmen
Bojonegoro-Surabaya,” kata Bambang.
Segmen Bojonegoro-Surabaya sebenarnya sudah siap
dioperasikan. Namun, di daerah Tandes, Surabaya, ada masalah pembebasan lahan
untuk pengganti akses warga.
“Kami berharap bulan depan jalur ganda bisa
dioperasikan sehingga Jakarta-Surabaya tersambung dengan rel ganda,” kata
Bambang.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko
mengatakan, dengan pembangunan jalur ganda ini, diharapkan terjadi peningkatan
kapasitas lintas kereta barang dan penumpang dari sekitar 84 kereta menjadi 200
kereta per hari.
“Frekuensi kereta barang saat ini dari
Jakarta-Surabaya sebanyak lima trip per hari dengan kapasitas 160 TEU (twenty
foot equivalent units) per hari. Dengan jalur ganda, berpotensi meningkat tiga
kali lipat menjadi 15 trip per hari dengan kapasitas 500 TEU per hari,” kata
Hermanto.
Penyelesaian jalur ganda ini lebih cepat dari
penugasan pertama, tetapi lebih lama dari target yang ditetapkan Wakil Presiden
Boediono.
Perencanaan awal pembangunan rel ganda ini semula
direncanakan lima tahun. Namun oleh Wapres Boediono diminta untuk diselesaikan
dalam dua tahun, 2012-2013, dengan target pembangunan selesai pada Desember
2013. Nyatanya, jalur ganda di Jawa Tengah baru selesai akhir Maret dan di Jawa
Timur akan selesai pertengahan April 2014.
Pembangunan rel ganda ini menyerap hingga dua juta
tenaga kerja per hari dan mengerahkan 150 alat berat. Rel ganda ini diperkuat
dengan 346.000 bantalan dan wesel 249 units.
“Yang menarik, sepanjang Jakarta-Surabaya ada tujuh
titik melingkar dengan radius 300 meter sehingga kecepatan kereta harus
dibatasi hingga 60 km per jam. Sekarang, radius jalan lingkar itu sudah
diperbesar hingga 500 meter sehingga kereta tetap melaju 90 km per jam,” kata
Bambang.
Penghematan BBM
Berdasarkan data proyek ini diketahui, pada saat
jalur ganda sudah beroperasi, frekuensi kereta api barang berpotensi meningkat
tiga kali lipat menjadi 15 trip per hari dengan kapasitas 500 TEU per hari. Dengan
demikian, beban sebesar 340 TEU dapat dialihkan dari jalan ke kereta api.
Bahan bakar minyak (BBM) yang dapat dihemat dengan
pengalihan beban tersebut diperkirakan mencapai 115 kiloliter per hari. Selain itu,
pengalihan beban ini juga memungkinkan pengurangan emisi karbondioksida sebesar
350 ton karbondioksida per hari.
Dalam satu tahun, penghematan BBM dan pengurangan
emisi karbondioksida oleh pengoperasian jalur ganda akan cukup besar jumlahnya
sebesar 42.000 kiloliter BBM dan 128.000 ton karbondioksida.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Logistik Indonesia
Zaldy I Masita mengatakan, penambahan rel ganda itu tidak akan berdampak besar
terhadap logistik jika tidak diikuti dengan kesiapan bongkar muat di stasiun.
“Persoalannya tidak hanya di stasiun, tetapi juga
perjalanan dari stasiun ke gudang. Layanan kereta api ini agak menyulitkan
logistik karena layanannya tidak dari pintu ke pintu. Jadi, biayanya juga tak
turun,” ujar Zaldy.
Dia mencontohkan, biaya logistik dengan truk
Jakarta-Surabaya sebesar Rp. 4 juta – Rp. 5 juta dengan waktu tempuh tiga hari.
Sementara dengan kereta sekitar Rp. 2,5 juta dan waktu tempuh hanya satu hari. Namun,
bongkar muat bisa dua hari. Sementara biaya daru stasiun ke gudang bisa Rp. 1,5
juta. “Jadi, kalau infrastruktur di stasiun belum ada, dan letak gudang jauh,
upaya jalue ganda ini tidak maksimal,” kata Zaldy.
Namun, Bambang Susantono mengatakan, saat ini
stasiun sudah disiapkan untuk bongkar muat. “Tetapi tentunya tidak setiap
stasiun bisa dipakai bongkar muat. Stasiun yang disiapkan hanya Stasiun Gudang
Kampung Bandan Jakarta, Stasiun Alastuwo Semarang dan Stasiun Kalimas Surabaya,”
ujarnya.
Direktur Komersial PT. Kereta Api Indonesia Slamet
Suseno Priyanto, ketika dikonfirmasi tentang kesiapan perusahaannya setelah
jalur ganda beroperasi, mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan sarana pengangkut
barang jika rel ganda pantura siap digunakan. Selain itu, tiga stasiun juga
sedang dipersiapkan untuk nampung kapasitas barang lebih besar lagi.
“Stasiun Kalimas di wilayah timut akan diperbesar
kapasitasnya sehingga bisa menampung 10.000 TEU. Begitu juga Stasiun Sungai
Lagoa di Jakarta yang akan diperbesar kapasitasnya menjadi sekitar 10.000 TEU.
Di Semarang, kami mau membuka jalur ke Pelabuhan Tanjung Mas,” kata Slamet. Perluasan
kapasitas stasiun diperkirakan rampung tahun depan. Dengan demikian, diharapkan
banyak perusahaan berminat.
Kekuatan Pantura
Saat ini kekuatan perekonomian pantura 26,5 persen
dari perekonomian Indonesia. Adapun ekspor-impor nasional. Dalam 20 tahun ke
depan, dengan adanya Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), perekonomian di pantura akan tumbuh tiga-empat kali lipat.
Dengan dibukanya aksesbilitas berupa jalur ganda di
koridor utama Jakarta-Surabaya, diharapkan banyak kawasan industri,
perdagangan, dan pergudangan baru akan tumbuh.
Dari Konferensi Sistem Logistik Pangan Berbasis
Transportasi Kereta Api yang diadakan di Kantor Bank Indonesia Wilayah Jawa
Barat – Banten, di Bandung, disebutkan, tingginya biaya transportasi dan
rumitnya mata rantai distribusi kerap memicu gejolak harga pangan dan inflasi.
Untuk itu, penggunaan moda kereta api perlu didorong
demi efisiennya distribusi logistik pangan, khususnya di Pulau Jawa. Deputi Gubernur
BI Ronald Waas mengatakan, biaya logistik sangat tinggu karena belum efektifnya
sistem dan mata rantai logistik. (ART/ARN/JON/MAR)