JAKARTA – Kementerian Perhubungan menyatakan
pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung Sumatra Utara dan Bitung Sulawesi Utra
sebagai hub internasional belum menunjukkan kemajuan berarti.
Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Bobby Mamahit
mengatakan pihkanya masih menjalankan studi komprehensif terhadap dua hub
internasional tersebut. Menurutnya, lokasi keduanya memang menguntungkan bagi
keuntungan strategi nasional.
“Keduanya masih belum mencapai tahap pembangunan
fisik, tahun depan kemungkinan baru Kuala Tanjung, berikutnya Bitung,” ujarnya,
Kamis (24/4).
Nantinya, dia menyatakan keberadaan dua pelabuhan
tersebut bisa menyamai Pelabuhan Singapura. Dari kedua pelabuhan itu,
pemerintah mengharapkan bisa mengambil keuntungan dari aktivitas perniagaan
internasional.
Terlebih dari, Bobby menilai kedua pelabuhan itu
memiliki kondisi geografis yang menunjang bagi pembangunan pelabuhan skala
besar. “Untuk mengejar Singapura, memang harus diupayakan dari sekarang dan
harus berupaya keras,” katanya.
Untuk pembangunan kedua pelabuhan itu, Bobby
menegaskan menyesuaikan kebijakan yang diambil Kemenko Perekonomian, sedangkan
Kemenhub hanya berwenang dalam pelaksanaan pembangunan fisik.
Sejauh ini, Kemenhub diberikan tanggung jawab pengoperasian
Pelabuhan Bitung, terutama pengadaan prasarana penunjang.
Kemenhub sudah merealiasasikan anggaran senilai Rp.
70 miliat untuk pengadaan crane, yang salah satunya ditempatkan di Pelabuhan
Bitung.
Sesuai dengan Perpres No. 26/2012 tentang Cetak Biru
Sistem Logistik Nasional (Sislognas), disebutkan Pelabuhan Kuala Tanjung
direncanakan melayani arus kapal pelayaran menuju Eropa dan AS serta negara
Asia tanpa melalui Pelabuhan Singapura.
Untuk Pelabuhan Bitung bakal menopang perniagaan dan
pelayaran di kawasan timur Indonesia.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI)
Mahendra Rianto mengatakan kebutuhan hub internasional untuk mewujudkan visi
logistik nasional merupakan hal mendesak.
Selama ini, menurutnya, Indonesia hanya mengandalkan
Pelabuhan Tanjung Priok sehingga biaya logistik di sektor laut sulit ditekan.
“Kalau sudah ada Bitung dan Kuala Tanjung, Indonesia
seakan memiliki dua pintu barat dan pintu timur. Tujuannya, dengan keberadaan
keduanya, lalu lintas pelayaran domestik dapat menurunkan biaya pengiriman, karena
antara kawasan timur dan barat terjadi keseimbangan,” ujarnya. (Kahfi)