JAKARTA -
Pelaku usaha angkutan logistik pelabuhan mengingatkan ancaman kongesti di
Pelabuhan Tanjung Priok menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pasalnya,
setiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, selalu muncul kenaikan arus barang.
Ketua Organda
Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Gemilang Tarigan mengakui, memang hingga
saat ini, belum ada kenaikan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok secara
signifikan. Namun dia memastikan, semakin mendekati bulan puasa, maka arus
barang akan semakin meningkat.
“Mendekati puasa dan lebaran, akan ada lonjakan yang
tinggi,” kata Gemilang Tarigan mengingatkan.
Dia
memperkirakan, lonjakan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok yang
diperkirakan mencapai 20 persen hingga
30 persen. Dia juga mengingatkan antisipasi juga harus dilakukan oleh
operator logistik pelabuhan.
Menurut dia, kondisi kongesti di pelabuhan dapat
diantisipasi dengan memaksimalkan pelabuhan di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok
atau yang terdekat seperti Pelabuhan Marunda, Cikarang Dry Port (CDP), Tanjung
Perak maupun Tanjung Emas.
Tarigan menambahkan usulan agar shipper dapat mengalihkan sebagian importnya keluar
pelabuhan Tanjung Priok akan membantu mengurangi kongesti di pelabuhan
internasional tersebut. Hanya saja, lanjutnya, cara itu tetap sulit mengatasi
kongesti di jalan raya akibat lonjakan arus barang secara tiba-tiba tersebut.
“Kenaikan arus barang yang cenderung terjadi secara
tiba-tiba di Pelabuhan Tanjung Priok akan memicu meningkatkan volume kendaraan
berlalu lintas sehingga mengancam terjadinya kongesti d Jalan Raya,” ujarnya.
Hal senana sebelumnya disampaikan Ketua Umum
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita. Dia mengatakan kepadatan arus
barang di Pelabuhan Tanjung Priok setiap menjelang Puasa dan Lebaran selalu
menjadi ancaman bagi memburuknya performance dwelling time di pelabuhan
tersebut.
"Sekarang, apa saja usaha OP untuk menghadapi
lebaran dimana kapasitas infrastruktur tetap sama dengan tahun lalu, tapi volumenya akan naik tinggi
sampai 20 persen hingga 30 persen ini. Belum ada langkah kongkritnya,"
cetusnya.
Zaldi mengharapkan para shipper mulai mengalihkan importnya ke CDP
(Cikarang Dry Port), Marunda, atau pelabuhan laut seperti Tanjung Perak dan
Tanjung Emas agar tidak mengalami dwelling time sampai dua minggu di Pelabuhan
Tanjung Priok.
Sebab, jika
dwelling time di Priok terus memburuk, citra sistem logistik di Indonesia akan
memburuk di dunia internasional. "Sudah saatnya, impor maupun ekspor
melalui Tanjung Priok dialihkan melalui pelabuhan lain agar kegiatan ini tidak
menumpuk di satu pelabuhan," pungkasnya. (sam/jpnn)
Sumber:
http://m.jpnn.com/news.php?id=232700