News Detail
Konflik Laut Merah Dongkrak Tarif Logistik, Harga Produk bakal Naik

tribunnews.com, Minggu 28 Januari 2024

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Konflik yang terjadi Laut Merah kini membuat tarif logistik pengiriman kapal meningkat. Hal itu berimbas pada kinerja ekspor dan impor yang dilakukan sejumlah industri di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto menyatakan, dampak dari konflik Laut Merah membuat sejumlah shipping line atau perusahaan pelayaran mengubah rutenya menjadi lebih jauh demi menghindari serangan di daerah konflik.

Perubahan rute itu menyebabkan ongkos kirim logistik atau freight cost naik 40-50 persen, baik untuk barang ekspor maupun impor. "Bahkan kalau dalam keadaan sibuk, ongkos kirimnya bisa naik hingga 100 persen," katanya, kepada Kontan, Jumat (26/1).

Menurut dia, beberapa perusahaan pelayaran kini melewati Afrika Selatan untuk menghindari Laut Merah. Rute itupun menambah jarak tempuh, sehingga biaya transportasi menjadi naik.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita Hartoto melihat konflik Laut Merah itu semakin meningkatkan ketidakpastian di 2024.

Pasalnya, dampak dari konflik Laut Merah sangat signifikan terhadap pelayaran dunia, mulai dari tertundanya waktu pengiriman barang Asia ke Eropa, naiknya biaya operasional seperti bunker karena kapal menghindari Laut Merah, dan meningkatkan konsumsi bahan bakar.

Ditambah lagi potensi naiknya asuransi kapal karena kondisi pelayaran yang tidak aman. "Ongkos kirim kapal global dari Asia ke Eropa ikut terdorong naik sekitar 53 persen sampai 63 persen," tuturnya, kepada Kontan, Jumat (26/1).

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno menjelaskan, harga jual produk ke konsumen akan meningkat seiring dengan adanya kenaikan biaya angkut logistik. Kendati demikian, kenaikan harga jual itu tergantung kesepakatan antara pembeli dan penjual

"Pasti ada kenaikan harga jual, karena ada biaya angkut yang bertambah. Tapi ini tergantung hubungan produsen dengan pembeli," ujarnya, kepada Kontan, Jumat (26/1).

Menurut dia, perubahan rute kapal untuk menghindari konflik akan memakan waktu minimal 10 hari lebih lama, sehingga ada tambahan ongkos kirim sekitar 15 persen.

"Kalau (biaya pengiriman-Red) dengan ukuran kontainer 20 feet biasanya 3.250 dollar AS, sekarang bisa 4.000 dollar AS," jelasnya.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta menyatakan, dampak dari konflik Laut Merah bakal menambah tantangan ekspor di industri manufaktur dan industri tekstil produk tekstil (TPT), setelah sebelumnya konsumsi TPT untuk pasar Eropa turun.

"Sebetulnya meski ekspornya sedang mengalami tekanan, untuk produk tertentu yang khusus, kita masih bisa ekspor. Hanya dengan kenaikan ongkos kirim ini menambah tekanan, dan ini kan harga internasional," bebernya.

 

Daya saing berkurang

Dia menambahkan, adanya konflik tersebut tentunya membuat daya saing produk ekspor akan berkurang. Pasalnya, posisi geografis Indonesia paling jauh dari dataran Eropa dibandingkan dengan negara-negara pesaing. "Jadi otomatis tambahan freight cost-nya paling tinggi," ucapnya.

 

Meski demikian, Redma mengungkapkan, harga jual produk tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi. "Kalau ke harga jual produk sepertinya tidak signifikan. Kenaikan harga produk hulu justru karena peraturan kita sendiri," tegasnya.

Per Jumat (26/1), ia menyebut, biaya ongkos pengiriman di industri TPT sudah naik lebih dari 200 persen, di mana untuk ukuran kontainer 40 feet ke Eropa saat ini di kisaran 6.000 dollar AS, dari semula 2.000 dollar AS.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur menuturkan, konsekuensi yang timbul karena perubahan rute pelayaran bisa memaksa buyers di kawasan mediterania dan Eropa mengubah asal impornya ke negara yang lebih dekat dan aman.

Hal itupun dinilai akan berdampak pada kinerja ekspor di industri mebel dan kerajinan di Tanah Air. "Pada prinsipnya buyers itu akan mencari yang efisien dan efektif. Jadi mereka akan pindah atau mencari (produsen-Red) yang terdekat," terangnya.

Untuk harga jual ke konsumen, ia memprediksi, saat ini tidak akan terjadi kenaikan, mengingat kondisi ekonomi saat ini yang sedang sulit. “Sepertinya tidak mungkin dengan kondisi ekonomi yang sulit saat ini, persaingan justru dalam harga yang harus kompetitif,” ujarnya.

Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), atau Asosiasi Industri dan Baja Indonesia, Purwono Widodo mengatakan, dalam jangka pendek konflik Laut Merah akan mengakibatkan ketidakpastian pasokan bahan baku dan energi secara global.

Ia berujar, pada saat ini harga bahan baku dan baja global relatif masih stabil, meskipun di beberapa wilayah, seperti Uni Eropa mengalami peningkatan.

"Berbagai sumber melaporkan bahwa harga baja di kawasan Asia masih relatif tidak mengalami perubahan sebagai dampak konflik Laut Merah," katanya.

Purwono menuturkan, pasar ekspor produk baja nasional yang utama adalah Tiongkok, Taiwan, dan kawasan regional Asia Tenggara. “Sehingga dampak konflik laut merah terhadap ekspor produk baja akan minimal,” tutu

 

Sumber:

https://jateng.tribunnews.com/2024/01/28/konflik-laut-merah-dongkrak-tarif-logistik-harga-produk-bakal-naik

 


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved