ARN, Kompas, Rabu 1 Februari 2017
JAKARTA, KOMPAS – Keinginan pemerintah untuk menumbuhkan pusat logistik berikat harus diikuti pendekatan kepada pemasok atau pemilik barang. Pasalnya, selama ini pemilik barang sudah terbiasa menyimpan barang di Singapura atau Malaysia sehingga belum tentu mau memindahkan barang ke Indonesia.
“Tidak mungkin pemilik barang mau memindahkan barangnya dari gudang di luar untuk ke Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dan pengelola pusat logistik berikat harus bisa melakukan pendekatan agar pemilik barang mau ekspansi ke Indonesia,” kata Kepala Sub-Direktorat Kerja Sama Logistik Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam NegeriKementerian Perdagangan Poltak Ambarita di Jakarta, Selasa (31/1). Hal itudisampaikan Poltak dalam diskusi pusat logistik berikat (PLB) yang diselenggarakan Product Development and Management Association Indonesia dan Asosiasi Logistik Indonesia di Kampus PPM Manajemen.
Menurut Poltak, keberadaan PLB sangat penting karena akan menurunkan biaya logistik produk Indonesia. “Saat ini biaya logistik masih sekitar 25 persen dari produk domestic bruto. Jadi, jika harga baju Rp 100.000 yang Rp25.000 adalah biaya logistiknya. Diharapkan, dengan PLB, harga produk Indonesia akan kompetitif,” katanya.
Chairman Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita menambahkan, jika ingin menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di ASEAN, Indonesia harus menjadi titik kumpul logistik ASEAN. “Dengan menjadi titik kumpul, pemenuhan kebutuhan bahan baku menjadi pasti, harga juga menjadi pasti, dan produk Indonesia akan berdaya saing. Ekspor pun akan meningkat,” uajrnya.
Namun, Zaldy mengingatkan, untuk menjadi titik kumpul logistik ASEAN, layanan pelayaran dan penerbangan juga harus kuat. Keberadaan pelayaran atau penerbangan ke negara-negara di kawasan ASEAN harus dipastikan. “Jika tidak ada, bagaimana mereka akan mengambil barang dari PLB di Indonesia,” uajrnya.
Sementara Faculty Member PPM School of Management, Andi Ilham Said, mengatakan, PLB dinilai sangat positif oleh Bank Dunia. “PLB dinilai mendukung distribusi yang murah dan efisien, mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, dan menjadikan Indonesia sebagai titik kumpul logistik Asia Pasifik. Namun, investasi di PLB membutuhkan dukungan politik jangka panjang karena investasi di PLB juga investasi jangka panjang,” ujar Andi.
Selain investasi jangka panjang, PLB juga menuntut kerja sama dengan banyak pihak untuk menurunkan resiko yang mungkin timbul. “Misalnya, sudah memasok banyak barang, tetapi yang memesan hanya sedikt. Oleh karena itu, kerja sama dengan pemasok barang dan industri sangat dibutuhkan,” kata Andi.